prenjak

February 20, 2007

Menjadi Juri Audisi

Filed under: Uncategorized — prenjak @ 4:17 am

Kemarin malam saya nonton acara Audisi American Idol. Geli, gemes dan sebel. Geli jika melihat para kontestan yang hanya bermodalkan nekat tanpa ngeliat kemampuan. Tapi juga salut melihat kepercayaan diri mereka untuk tampil dan berharap akan menjadi Idol berikutnya, sehingga mereka berani malu untuk tampil, bahkan untuk mengalihkan perhatian juri (Mungkin) mereka tampil habis – habisan, baik gaya, maupun penampilan. Gemes melihat para juri yang kadang – kadang kok ya tidak manusiawi banget memberikan komentarnya, padahal mungkin ada sebagian dari mereka yang sudah mati – matian berusaha tampil sebaik mungkin. sebab ternyata sebagian juga tampil bukan karena kemauan mereka, tapi karena kemauan orang – orang disekitar mereka (Ortu, sodara or teman) yang menginginkan mereka menjadi orang terkenal. Sebel, karena lagi seru – serunya eh… acaranya terpotong iklan.

Memposisikan sebagai Juri, saya jadi teringat pengalaman minggu kemarin ketika selama tiga hari menjadi Juri. Bukan acara Idol, tapi juri praktek kesenian. Dan ini adalah pengalaman pertama saya, dimana saya harus memberikan nilai untuk kurang lebih 120 anak, yang mau atau tidak mau harus tampil, suka atau tidak suka harus unjuk kebolehan menyanyi. Kenapa harus menyanyi..? sebab itu syarat ujian prakteknya(ini kata guru seninya, padahal sih kalau menurut saya,  yang namanya seni bukan cuma menyanyi saja).

Tiga hari berturut – turut dimana dalam setiap sesi ada 20 anak, dengan segala macam lagu pilihan mereka yang sebagian besarnya saya belum pernah dengar. ada yang lembut syahdu mendayu – dayu, ada yang bahkan saya tidak tahu apa yang mereka ucapkan. Ada yang bergaya sama persis dengan penyanyi aslinya, ada juga yang hanya sekedar menyanyi. untuk yang terakhir bahkan ada yang agak berurai air mata. bukan karena lagunya sedih, tapi karena mereka, jujur aja, jika masih ada pilihan lain, mereka akan milih lari muterin lapangan sepak bola 10 kali daripada tampil menyanyi di depan umum. Nilai mereka bervariasi, ada yang bagus, ada juga yang cuma pas – pasan. Namun jujur aja, saya bingung ketika harus memberikan nilai untuk mereka yang sudah mengerahkan segalanya untuk tampil. Melihat mereka menyanyi saja (meskipun gak ada bagus – bagusnya) sudah cukup suprise. tapi saya harus Profesional dong… saya menilai berdasarkan rasa ketika saya mendengar mereka bernyayi. sambil membayangkan saya adalah Paula Abdul yang sedang  mengaudisi ribuan calon Idol dan harus memilih satu diantara yang terbaik. Bagaimana rasanya ya…?? dan pastinya mereka harus beanar – benar prof. rasanya saya dapat mengerti mengapa mereka kadang harus tega…  sebab mereka mencari yang terbaik.

Jika murid – murid saya menyanyi untuk mendapatkan nilai, (Bagus atau buruk), mereka menyanyi, bahkan rela antri menunggu berjam – jam – jam yang ujung – ujungnya dikomentari dengan pedas oleh para juri adalah untuk bagaimana dapat menjadi terkenal, dan syukur – syukur kalau bisa kaya dengan cara instan. bagaimana tidak, begitu mereka terpilih maka mereka akan selalu diekspos, sehingga mungkin hanya dalam hitungan minggu saja wajah mereka akan segera akrab di benak setiap orang, meskipun kadang – kadang hanya sekejap.

lihat saja, khususnya di Indonesia, entah ada berapa puluh acara yang temanya adalah bagaimana menjadi terkenal. bagaimana menjadi Idol. mereka yang terpilih biasanya tampil sesaat, terkenal lalu terlupakan, sebab sudah ada Idol berikutnya…. Tapi sebagaian juga mungkin berfikir, Tak masalah hanya sesaat, yang penting pernah jadi Seleb…. daripada lo cuma ngomong doang… nah lho….   

February 19, 2007

Menulis Ternyata Tidak mudah

Filed under: Uncategorized — prenjak @ 1:48 am

Hari ini saya kebagian tugas mengawasi para siswa ujian menulis, tepatnya sih mengarang. merem melek mereka  mencoba mencari ide, mencari kata – demi kata yang dapat mereka tuangkan dalam bentuk tulisan. tentu saja bukan sekedar kata. sebab kata yang mereka tulis haruslah bermakna, atau paling tidak ketika bergabung menjadi sebuah kalimat lalu sebuah paragraf akan menjadi sebuah kesatuan yang utuh.

Menulis memang bukan satu pekerjaan yang mudah, itu adalah satu hal yang sangat saya pahami. saya dapat saja mencoret – coret hasil tulisan mereka, dengan alasan kurang bagus, tidak layak, atau tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, padahal saya sendiri juga bukanlah seorang penulis yang baik. tapi Insya Allah saya dapat menjadi seorang pembaca yang baik. saya dapat membaca sebuah buku atau artikel berulang – ulang karena saya menyukai gaya bahasanya. saya sering mendiskusikan isi sebuah novel karena alur ceritanya yang tergambarkan dengan apik, tapi saya dapat juga melemparkan buku itu bahkan ketika saya baru membaca prolognya saja. padahal, sumpah, kalau saya disuruh menulis sebuah buku, saya pasti tidak akan mampu menulis lebih dari satu halaman, itupun didalamnya hanya akan berisi kata – kata sambung. yang, dan, atau, kemudian daripada itu, selanjutnya, lalu, sama dengan yang kulihat sebagian para siswa itu tulis dalam pekerjaan mereka. tapi ujian tetaplah ujian, dan mereka harus melakukannya, bisa atau tidak bisa, suka atau tidak suka.

Menulis memang bukan suatu pekerjaan yang mudah, apalagi ketika temanya harus ditentukan oleh orang lain. padahal kita tidak mempunyai referensi apapun tentang tema yang disyaratkan. tapi sekali lagi, ujian tetaplah ujian.

Lalu saya melihat wajah – wajah putus asa. satu persatu mengumpulkan pekerjaan mereka. ada yang tersenyum kecut, ada yang ternyum malu – malu, ada yang penuh harap. mudah – mudahan Bapak guru yang mengoreksi tulisan saya berbaik hati memberikan nilai yang bagus.

Sebelum pekerjaan mereka saya serahkan ke bapak guru yang berkompeten untuk mengoreksinya, saya sempatkan untuk mengintip beberapa diantaranya. sebagian dari mereka ternyata memilih tema yang sama, gaya bahasa yang sama, isinyapun hampir sama. Lalu ketika saya tanyakan, kenapa hanya memilih satu diantara tema itu? jawaban merekapun hampir sama, “Kawanku paling banyak memilih tema itu, paling tidak kami bisa saling bertukar ide dan saran”

Sejenak terdiam mendengan kepolosan jawaban mereka. Mereka ternyata lebih menyukai keseragaman daripada “Berbeda”.

Lalu sebersit tanya muncul, mengapa…?…..

(Mudah – mudahan besok saya dapat menemukan jawabannya. atau adakah yang akan membantu saya mencari jawabannya)..? 

Kembali ketulis menulis,

Saya pernah membaca sebuah buku yang berjudul “Mengarang itu gampang”, juga pernah mengikuti sebuah seminar tentang bagaimana mengikat makna dalam bentuk tulisan, teorinya kedengaran mudah, tapi ujung – ujungnya tetap mentok juga. Akhirnya tetap saja hanya jadi selembar kertas kertas yang berisi berbagai kata sambung………….

February 14, 2007

Happy Valentine

Filed under: Uncategorized — prenjak @ 7:40 am

Selamat Pagi Dunia.

Hujan. pantas tak kudengar senandung prenjak yang setia setiap pagi menjagaku dari kelelapan mimpi.

Pink, pink. pink. happy valentine. sapaan itu akrab menyambutku. happy valentine…? ah.. ya… maaf aku lupa. bukan.. bukan ding, aku hanya tidak terbiasa merayakan hari yang oleh sebagian orang disebut  hari kasih sayang. padahal seharusnya aku tahu, bukankah media televisi dalam moment ini juga berwarna pink?

Happy valentine…

ternyata bahkan daerah yang jauh dari keramaianpun, nuansanya kental terasa. kulihat beberapa anak sekolah bernuansa  pink. seandainya saja mereka tidak diharuskan mengenakan seragam, pasti pakaian mereka juga pink. Tentu saja, bukankah televisi adalah guru yang paling hebat dalam mempengaruhi perilaku. lihat saja… gaya bicara, gaya berpakaian, bahkan gaya mereka berjalan, masih adalagi, gaya mereka menunjukkan kasih sayang.

Kembali ke Hari Valentine,  

Kudengar beberapa anak sekolah sudah merencanakan sebuah party, untuk merayakan hari kasih sayang ini. hari yang sangat special. dan mereka akan saling bertukar kado special. juga dalam suasana yang special. dan tentu saja untuk orang yang paling special.

sambil berjalan saya berfikir, kado apakah yang akan para remaja itu berikan pada kawan special  mereka yang mereka   sebut sebagai “Kekasih”? . yang pasti bukan martabak special.

Lalu terbayang dibenak saya, mudahan  mudahan setelah hari yang spesial ini, tidak banyak yang melanjutkan kespesialan ini dengan party spesial dimana ada bapak penghulu dan wali. mudahan – mudahan para remaja itu masih tetap dengan keceriaan mereka menyelesaikan masa remaja mereka. tanpa kecemasan akan masa depan karena telah kehilangan sesuatu yang sangat special dalam hidup mereka.

Happy Valentine…

Kasih sayang bukan hanya sekedar kata, juga tidak akan terwakili dalam sepotong coklat. kasih sayang adalah adalah ketika kita memberi tanpa pamrih, ketika kita saling berbagi tanpa menunggu hari ini. Ada banyak waktu untuk mengungkapkan dan menunjukkanya. tidak perlu kata – kata Verbal, juga tidak butuh puisi indah. Kasih sayang adalah ketika kita tahu, mana hati nurani dan mana segumpal daging yang hanya membantu kita hidup.

Happy Valentine

February 12, 2007

Selamat Pagi anak negeri

Filed under: Uncategorized — prenjak @ 1:41 am

pagi… ah segaar sekali. tapi… hei dimana kicau prenjak yang iasa bernyanyi didepan kamarku…? apakah dia sudah pergi tanpa pamit padaku… karena pohon tempat biasanya mereka bertengger sudah di ratakan. dengan alasan keselamatan dan keindahan. padahal kerimbunannya sangat meneduhi rumah kotak kontainerku yang lebih keren ku sebut ATCO. Prenjak… prenjak kamu dimana….?

apakah yang terjadi hari ini…??

kata orang – orang, ketika terdengar Prenjak bernyanyi disekitar rumah kita, kita akan memperoleh keberuntungan…, benar or tidak wallahu alam. saya tetap percaya pada Tuhan.

Selamat pagi….

rasanya hari ini terlalu indah untuk dibawa bersedih.  

Blog at WordPress.com.